Bagian I
Hallo Guys...Apa Kabar kamu...Team Jurnalistik SMANDAPA punya cerita inspiratif lho. Nah pengin tahu ceritanya ... Yuuukk ikuti liputan kami tentang kisah inspiratif Kepala SMA Negeri 2 Pati, Bapak Sumaryo.
Terlahir sebagai anak desa, di zaman yang masih jadul, dan masih jauh dari kemajuan teknologi justru menjadi sebuah tantangan untuk menjadi yang terbaik, meraih cita-citanya. Dengan segudang prestasi yang dirintis sejak duduk di bangku Sekolah Dasar hingga di Perguruan Tinggi Negeri di Jawa Tengah, beliau mampu mewujudkan harapan orang tua, sebagai insan yang berguna bagi nusa bangsa, dan agama. Dia adalah sosok yang sekarang menjadi Kepala Sekolah kami (SMANDAPA) sejak Januari 2016 lalu.
“Mulai dari SD saya sudah memegang prinsip, kesungguhan dan kedisiplinan, serta kerja keras dan kerja cerdas. Mulai dari SD selalu rangking pertama, berbagai lomba selalu saya ikuti. Saya bersyukur menjadi siswa teladan saat itu. Kemudian masuk ke SMP. Saya bersyukur, saya di SMP selalu peringkat pertama. Selain kegiatan akademik saya juga aktif di organisasi, kalau sekarang di kegiatan Pengembangan Diri (ekskul),” Ucap beliau
Lulus dari SMP, kemudian melanjutkan ke bangku SPG di sekolah yang sekarang dipimpinnya (SMA Negeri 2 Pati). Di bangku SPG ini, yang menerapkan kurikulum pendidikan spesial, dia mengaku mulai mendapat "gemblengan spesial" yang luar biasa, dalam membentuk karakter, kerja keras, dan kerja cerdas.
“Karena apa? tidak bisa main-main. Kalau belajar ya belajar. Saya masih ingat yang diterima itu hanya empat kelas angkatan saya. Bagi yang tidak bisa mengikuti dikembalikan ke orang tua dan orang bisa menerima. Ada masa percobaan enam bulan. Dari kelas I naik ke kelas II juga ada masa percobaan. Tidak bisa mengikuti dikembalikan ke kelas I. Demikian seterusnya sampai di kelas III,” katanya.
Beliau menceritakan, waktu itu, temannya di SPG harus menyelesaikan pendidikan hingga lima tahun. Dengan masa percobaan tiga bulan hingga enam bulan, bagi yang tidak bisa mengikuti standart pembelajaran, harus turun kelas. Sehingga beliau ingat betul, ada kakak kelasnya, yang menjadi teman sekelas, dan akhirnya adik kelas.
“Tidak ada beban bagi mereka yang dikeluarkan waktu itu, luar biasa!, dan Saya bersyukur dan terima kasih pernah bersekolah disini, sehingga membantu saya menjadi pribadi yang bisa seperti sekarang ini,” kata beliau
Selesai menuntaskan pendidikan di SPG, kata beliau, sebenarnya pekerjaan sebagai PNS sudah menantinya secara otomatis. Namun keinginannya, untuk membekali diri dengan ilmu yang lebih tinggi lagi, dia bersama beberapa orang temannya yang memilih melanjutkan kuliah. Sedang hampir sebagian besar memilih bekerja sebagai PNS, selepas lulus SPG.
“Waktu itu seleksi masuk perguruan tinggi tidak seperti sekarang. Saat itu saya mendaftar di UNDIP, IKIP dan UNS, syukur diterima semua, dan saya pilih di UNS Solo, dan aktivitas saya tetap saya kembangkan terus. Saya memilih saja dan Tuhan yang menuntun. Saya pilih S1 jurusan bahasa Indonesia minor bahasa Inggris,” jelas beliau.
Kepiawaiannya menulis dan berorganisasi mulai dilakoninya. Banyak tulisannya dikirim ke pusat pengembangan bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dari situlah dia mulai mendapat biasiswa sampai lulus kuliah. Uang biasiswa yang didapat terbilang lebih dari cukup, Rp. 25ribu, sedang biaya kuliah hanya Rp.18ribu waktu itu. Diapun mulai berpikir, hidup harus dikembangkan, dan hidup adalah pilihan ya atau tidak. Selain aktif sebagai redaktur Majalah Sekolah SPG “Patma”, diusianya yang baru 19 tahun di mulai mengajar sebagai guru di SMP dan SMA Surakarta, dengan murid yang sebagaian besar usianya lebih tua beliau, dan teman teman bermain beliau.
“Mereka kan teman-teman kos, kalau di sekolah memanggil Pak, tapi kalau diluar mereka memanggil Dik. Karena usianya seadiknya. Saya bekerja mengajar itu bukan semata-mata itu mencari uang. Karena uang itu adalah dampak rejeki yang Tuhan mengatur, tapi harus diperjuangkan. Saya juga masih sering menulis dan juga membantu mengedit buku. Waktu kuliah aktif di organisasi resimen mahasiswa (menwa), kemudian di Pencinta Alam namanya Grama Mahardika UNS.,” tutur beliau
Usai menyelesaikan studi S1 di UNS, Sosok pendidik yang lebih banyak menulis tentang pengalaman yang menyenangkan ketimbang suka duka itu, mulai mengabdikan ilmunya dengan menjadi guru di SMA Negeri Jakenan. Di tempat itulah, dia banyak membimbing anak-anak meski bukan basic keilmuannya. Tapi banyak prestasi anak didiknya, yang mampu menjadi juara dan mengalahkan anak-anak dari sekolah yang lebih hebat.
“Pada saat ada OSN pertama kali di Kabupaten Pati, juara terbanyak Kabupaten Pati dari Jakenan. Kemudian cerdas cermat, finalnya mampu mengalahkan sekolah hebat di Pati. Kami juaranya. Siswa teladan pernah beberapa kali. Sehingga artinya apa, setiap anak itu punya potensi. Makanya prinsip saya setiap anak manusia ciptaan Tuhan pasti dikaruniai potensi,” jelas beliau
Kini beliau mendapat kepercayaan dari negara untuk memimpin sebagai Kepala SMA Negeri 2 Pati. Beliau mengakui, dari sisi karakter anak didik SMA Negeri 2 Pati sudah OK, tinggal menyesuaikan dengan visi dan misi sekolah. Tapi yang dia pikirkan, anak-anak muda sekarang sebagai generasi muda emas, harus mempersiapkan diri menghadapi masa depannya, seperti MEA maupun menghadapi 100 tahun Indonesia merdeka. Karena pengendali ini, generasi sekarang yang masih duduk di bangku sekolah. Ini yang harus dipersiapkan, terutama soft skill. Di SMA Negeri 2 Pati ini, yang sudah ada dipertahankan, kemudian integritas dan hasil intelektual semakin ditingkatkan.
“Integritas, seperti yang saya sampaikan pada saat upacara saya tantang dengan ikrar ‘Tanpa Mencontek Siapa Takut’,” pungkas beliau.
Itu ... guys ... cerita inspiratif Kepala Sekolah Kita. ... Kami punya catatan yang menarik lagi yang perlu kamu baca juga. Tapi tunggu ya kerja jurnalis SMANDAPA????.
-Tim Jurnalis SMANDAPA.