Full day school
merupakan program sekolah yang menyelenggarakan proses belajar-mengajar sehari
penuh selama lima hari dalam seminggu guna meningkatkan nilai akademik sebagai
persiapan untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya. Namun, ada banyak siswa yang
menentang sistem tersebut karena dirasa tidak efektif.
Keberhasilan
penerapan Fullday School sendiri
tergantung pada daerahnya. Contohnya saja daerah Ibukota Jakarta, sangat cocok karena kebanyakan orang
tua para siswa merupakan PNS sehingga Sabtu dan Minggu bisa digunakan sebagai
waktu untuk berkumpul bersama keluarga. Sedangkan untuk di daerah Pati, masih
kurang cocok karena hanya sebagian dari orang tua siswa bekerja sebagai PNS.
Sistem
fullday
School di SMA 2 Pati ini masih perlu perkembangan, karena fullday School sendiri menjanjikan tidak
adanya tugas rumah, tetapi sebagian guru masih saja memberikan tugas rumah.
Mereka berdalih bahwa itu adalah ‘tugas yang belum terselesaikan’. “Coba bayangkan! Mereka memberi tugas yang
sangat banyak, apa mungkin selesai di sekolah? Tentu saja tidak. Mereka
memerintahkan untuk mengerjakan tugas tersebut di rumah dan mengganggapnya
sebagai tugas yang belum terselesaikan, bukan PR. Lalu apa bedanya itu dengan
PR?”. Jika memang Fullday School,
seharusnya tugas yang belum selesai bisa dikerjakan di pertemuan selanjutnya.
Siswa
SMA 2 Pati dituntut mengikuti proses belajar mengajar dari jam setengah 7
sampai pukul 3. Setelah itu, mungkin sebagian siswa harus pergi les entah
sepulang sekolah atau pada malam harinya. Lalu sepulang les harus mengerjakan
tugas-tugas yang diberikan oleh guru hingga membuat mereka begadang semalaman
dan kekurangan waktu tidur, apalagi jika keesokan harinya ada mata pelajaran
dari tugas tersebut. Mungkin beberapa guru memberikan tugas tersebut karena
beranggapan bahwa jika kita tidak diberi tugas maka kita tidak belajar. Namun
sebaliknya, karena sibuk mengerjakan
tugas yang terlalu banyak, kita menjadi tidak memiliki waktu untuk belajar.
Kelebihan
fullday School itu sendiri adalah
menambah jam pelajaran siswa agar mereka dapat mengerti materi pembelajaran
yang disampaikan oleh guru, tetapi kekurangannya adalah meskipun hari Sabtu dan
Minggu menjadi hari libur, para siswa menjadikan hari itu sebagai hari untuk
mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Terlebih lagi, kami para
siswa juga memiliki kewajiban untuk membantu orang tua. Namun karena terlalu
sibuk mengerjakan tugas, kami jadi melupakan kewajiban tersebut dan
menghilangkan tanggung jawab anak untuk membantu orang tua.
Menurut
sebagian orang tua, full day school dirasa tidak cocok karena mengurangi waktu
istirahat anak dirumah dan juga dapat mengganggu waktu beribadah(mengaji) untuk
para siswa muslim. Sebaiknya, sistem full
day school ini tidak diteruskan
karena tidak efektif dalam segi waktu, materi, dan kesehatan. Dalam segi waktu,
anak kurang mendapat waktu untuk bersosialisasi di rumah karena waktu anak di
rumah didedikasikan untuk tugas. Dalam segi materi, anak jadi harus membawa
uang saku berlebih karena pulang sampai sore. Sedangkan dalam segi kesehatan,
anak menjadi rentan akan penyakit karena kurangnya istirahat. Para anak juga sering
mengeluh dengan sistem ini karena tidak bisa beristirahat.
-Tim Jurnalistik SMA N 2 Pati
-SMANDAPAFLASH
1. Arintya Septika Putri (XI IPA 1)
2. Fariza Frisintiany (XI IPA 1)
3. Tiara Aulia C. (XI IPA 1)
4. Tiara Vitaloka (XI IPA 1)
5. Viona Anggraini (XI IPA 1)